Pada Game Developers Conference tahun 2019 kemarin, Google memperkenalkan sebuah teknologi baru untuk mendominasi dunia game, yaitu Google Stadia. Teknologi ini akan menghubungkan player, developer, streamer dan viewer dalam satu wadah.
Stadia sendiri memang merupakan sebuah layanan cloud, bukan sebuah konsol. Game akan disimpan dan dimainkan melalui cloud, sehingga kita dapat memainkannya menggunakan device apapun, asal memiliki koneksi yang ampuh.
Ketika di uji coba menggunakan moniker Project Stream untuk memainkan Assassin’s Creed Odyssey, mereka membutuhkan 25mb per detik untuk memainkan game tersebut dengan resolusi 1080p dan 60fps. Target mereka ketika launching adalah bisa memainkan game dengan resolusi 4k/60fps, dengan hanya menggunakan 30mb per detiknya. Tentu saja koneksi internet menjadi hal vital untuk teknologi ini, terutama karena banyaknya limit dan kapasitas Internet yang masih dibawah rata-rata. Google sendiri sedang mengembangkan sistem untuk menyimpan progress ketika internet tiba-tiba drop.
Resolusi terendah yang ditawarkan adalah 720p. Pengumuman selanjutnya akan disampaikan melalui Electronic Entertainment Expo, dan akan memberikan detail lebih lanjut pada bulan juni. Namun bisa dipastikan Stadia akan dirilis pada tahun 2019 di United States, Canada, UK, dan sebagian besar Eropa.
Belum ada kabar dari para pesaing dari publisher game lain seperti Nintendo dsb. Google sendiri menghabiskan sekitar 13 milyar dolar untuk membangun infrastruktur dan lainnya. Belum jelas bagaimana mereka akan menghasilkan keuntungan melalui platform ini. Apakah model subscription semacam netflix atau store seperti Steam, masih didiskusikan bersama para Developer dan Publisher games.
Google Stadia, masa depan dunia gaming
4/
5
Oleh
Snowking